Cuci Tangan

13902082_10205276560393660_1444946726_oOleh : Sopandi

Perumpamaan makna dalam sebauah alur cerita dalam waktu yang berbeda, merunduk pada yang satu dan berpangku pada yang lain, terkadang mereka tak ingin melihat ada kepunahan sesaat di hati mereka, karena mereka hanya ingin menjuarai pada yang menyampaikan sesuatu yang usai, setidaknya mereka bisa melampiaskan lewat kaki kaki kotor bahkan dengan muka sekalipun seakan dengan kuku tangan mereka sendiri mampu menorehkan goresan kecil dihati yang lain.

Hahaha…sejenak saya berfikir mereka ini waras atau tidak waras, jika dibandingkan dengan penyampaian lidah tidaklah semanis ucapan di telinga ribuan manusia bisa jadi hanya beberapa orang yang menjadi jebakan kata tidak semanis hati mereka untuk berkata entahkan fasif atau hanya ujaran yang tidak bermakna saja.

Inilah yang tidak terfikir oleh waktu bahkan jutaan menit, melihat mereka ketawa ketika berkumpul dengan orang yang waras seakan ia bisa mengambil hati para peziarah yang menuju perkembangan bandar bahkan dusun sekalipun, karena mereka tidak menyadari dari hati kecilnya masih tersirat syaitan yang berkampung di hati mereka itu sendiri dalam gemerlap tubuh tidak pernah ada imajinasi fikir yang positif.

Memang lumrah dalam setiap menyeleksi para penyair sumbang diantara penyair yang membawa perubahan, setidaknya inilah dinamakan CUCI TANGAN setelah perang berlalu.

Tinggalkan komentar